Ban A
Nama panggilan ku Ban A. Aku berasal dari keturunan suku Tionghoa. Lebih tepatnya Tionghoa Hokkian. Papa ku seorang nelayan yang bekerja untuk bossnya atau biasa disebut tauke. Aku anak kelima ( 5 ) dari delapan ( 8 ) bersaudara. Papa memberikan ku nama Ang Ban Hok ( Bahasa Hokkian ) atau Hong Wan Fu ( Bahasa Mandarin ). Arti nama ku Ang ( Marga ) yang berarti merah. Ban berarti sepuluh ribu. Hok yang berarti barokah atau hokky. Jadi Papa ku memberikan nama sebagus itu agar aku menjadi anak yang membawa puluhan ribu hokky. Begitulah kebiasaan orang dulu memberikan nama dengan arti yang sangat baik. Aku bukanlah seorang yang percaya kepada TUHAN YHWH ataupun YESUS saat aku di lahirkan ke dunia ini. Karena kedua orang tua ku bukanlah berasal dari pengikut YESUS.
Papa ku seorang pekerja keras, dari kecil Papa ku sudah bekerja. ( Itu yang ku tau ). Aku sangat senang jika Papa pulang dari melaut, karena aku merasa Papa begitu menyayangi ku. Bagi anda yang pernah merasakan kasih sayang seorang Papa lebih beruntung dari pada kasih sayang seorang Mama. ( Itu menurut ku ). Karena aku merasakan kasih sayang Papa lebih kepada ku. Walau aku memiliki tiga ( 3 ) orang adik di bawah ku. Jujur saja, saat berusia tujuh ( 7 ) tahun. Aku sangat cemburu pada adik ku yang lebih kecil dari pada diri ku dua ( 2 ) tahun. Karena aku merasa Mama lebih menyayanginya. Kalau saja Mama lebih sayang kepada kedua adik ku yang lebih kecil saat itu, mungkin aku tak akan cemburu.
Pada usia 4 tahun, aku mengetahui Papa sudah mulai tidak bisa bekerja lagi karena penyakitnya. Papa mengidap penyakit yang berhubungan dengan organ penting. Dan saat itu keluarga kami begitu miskin karena hanya mengandalkan Papa sebagai salah satu tulang punggung. Walau ketiga kakak perempuan ku sudah terlebih dulu keluar kota bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah majikannya. Saat kakak perempuan pertama ku pertama kali bekerja bantu-bantu tetangga, aku berusia sekitar 4 tahun. Itu yang ku ketahui dari cerita kakak-kakak ku. Saat aku berusia 5 tahun, kakak-kakak ku perempuan satu demi satu keluar kota bekerja untuk orang. Hasil kerja mereka selalu dikirimkan untuk menopang perekonomian kami.
Kami juga dibantu Paman ku yang merupakan adik kandung dari Mama ku. Dan juga Acik kedua ku, yang merupakan adik kandung dari Papa. Namun tidaklah cukup untuk menghidupi keluarga sebesar itu. Kakak pertama ( 1983 ), Kakak kedua ( 1984 ), Kakak ketiga ( 1985 ), Abang ( 1988 ), Ang Ban Hok ( 1990 ), Adik pertama ( 1992 ), Adik kedua ( 1994 ), dan Meme ( 1997 ).
Pada usia ku sekitar 7 tahun, saat Meme ku yang paling kecil lahir. Beberapa waktu Acik kedua kami ada datang ke Bagan Siapi-Api dan melihat kondisi Papa yang sakit-sakitan dan gak bisa kerja. Acik kedua memberikan uang untuk Papa agar pergi ke Jakarta agar bisa di rawat. Papa mengambil uangnya. Lalu memberikan pada Mama sebagian. Sebagiannya dipakai untuk beli tiket bus 2 orang. Papa ingin mengajak aku ke Jakarta. Tapi saya menolak karena tidak mau meninggalkan Mama di Bagan Siapi-Api, Riau kota kelahiran ku. Akhirnya Papa membawa kakak laki-laki ku ( Abang ) ke Jakarta. Beberapa waktu Papa ke Jakarta, aku tidak tau kabarnya. Saat ini aku sudah kelas 1 SD ( Sekolah Dasar ).
Aku termasuk anak yang beruntung bisa mendapatkan pendidikan TK ( Taman Kanak-Kanak ). Setelah tamat dari TK Bintang Laut, aku di daftarkan ke SD Methodist Bagan Siapi-Api oleh Mama ku. Jika hari libur, Mama membawa ku keluar cari pekerjaan. Karena kondisi ekonomi kami, Mama harus ikut bekerja. Di usia ku yang baru 7 tahun, aku dibawa Mama pergi mencari kerja. Mama membonceng ku memakai sepeda dayung, Mama mengambil pekerjaan part time atau paruh waktu membersihkan rumah orang. Aku ikut saja melihatin, kadang membantu. Aku melihat sendiri Mama susah payah mengepel rumah orang. Hati ku pun tergerak untuk membantu. Akhirnya pekerjaan selesai setelah siang.
Aku masih ingat, setelah selesai membersihkan rumah orang. Mama mendapat bayaran dan kami pun pamitan pulang. Karena hari sudah siang dan kami belum makan siang. Mama membawa aku pergi makan dengan hasil pekerjaan hari ini. Setelah itu kami baru pulang membawa sisa uang hasil pekerjaan hari itu ke rumah untuk dibelanjakan kebutuhan rumah tangga kami.
Beberapa waktu berlalu... Mama mengatakan pada ku aku harus mulai bekerja. Dan aku pun setuju. Akhirnya Mama membawa ku pergi ke tukang jualan mie pangsit ( bak mie ) di kota ku. Dan aku mulai bekerja untuk tauke pertama ku. Perjanjiannya satu bulan aku dapat tiga puluh ribu rupiah ( Rp 30.000,- ) . Tiap hari Sabtu aku dapat bonus lima ribu rupiah ( Rp 5.000,- ). Saat ini aku masih sangat polos dan belum tau banyak hal. Pekerjaan ku lamban, dan aku sering diomelin tauke ku. Karena tauke membandingkan pekerjaan ku dengan senior ku yang sudah bekerja lebih lama. Usia senior ku sudah duduk di kelas 3 SD. Sedangkan aku masih di bangku kelas 1 SD. Aku selalu jadi bingung kalau sudah dimarahin. Aku jadi tidak bisa melakukan apapun. Apapun yang ku lakukan serasa salah.
Tapi aku paling senang saat pertama kali aku memperoleh uang lima ribu rupiah di sabtu pertama. Setelah pulang kerja, uangnya aku kasih ke Mama untuk beli 2 kg beras di zaman ku. Aku sangat senang bisa bantu keluarga. Hari pun berganti hari dan bulan pun berganti bulan. Akhirnya aku mendapatkan gaji bulanan pertama ku. Itu pertama kalinya aku mendapat gaji tiga puluh ribu. Aku senang bangat. Kali ini, uang sebesar itu. Tidak diberikan langsung kepada ku. Tapi ke Mama ku. Aku protes saat pulang ke rumah. Bahwa itu hasil kerja ku. Jadi aku ingin memakai beberapa dari hasil pekerjaan ku. Karena kebutuhan keluarga, akhirnya aku tidak mendapatkan apapun. Aku menangis sampai malam. Dan akhirnya tertidur...
Namun kini aku bersyukur, karena TUHAN begitu baik. Mengizinkan ku dewasa dan mandiri lebih cepat. ( Minggu, 9 Juli 2017 05:07 Pagi ).
Kelanjutannya akan ku tulis...
Papa ku seorang pekerja keras, dari kecil Papa ku sudah bekerja. ( Itu yang ku tau ). Aku sangat senang jika Papa pulang dari melaut, karena aku merasa Papa begitu menyayangi ku. Bagi anda yang pernah merasakan kasih sayang seorang Papa lebih beruntung dari pada kasih sayang seorang Mama. ( Itu menurut ku ). Karena aku merasakan kasih sayang Papa lebih kepada ku. Walau aku memiliki tiga ( 3 ) orang adik di bawah ku. Jujur saja, saat berusia tujuh ( 7 ) tahun. Aku sangat cemburu pada adik ku yang lebih kecil dari pada diri ku dua ( 2 ) tahun. Karena aku merasa Mama lebih menyayanginya. Kalau saja Mama lebih sayang kepada kedua adik ku yang lebih kecil saat itu, mungkin aku tak akan cemburu.
Pada usia 4 tahun, aku mengetahui Papa sudah mulai tidak bisa bekerja lagi karena penyakitnya. Papa mengidap penyakit yang berhubungan dengan organ penting. Dan saat itu keluarga kami begitu miskin karena hanya mengandalkan Papa sebagai salah satu tulang punggung. Walau ketiga kakak perempuan ku sudah terlebih dulu keluar kota bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah majikannya. Saat kakak perempuan pertama ku pertama kali bekerja bantu-bantu tetangga, aku berusia sekitar 4 tahun. Itu yang ku ketahui dari cerita kakak-kakak ku. Saat aku berusia 5 tahun, kakak-kakak ku perempuan satu demi satu keluar kota bekerja untuk orang. Hasil kerja mereka selalu dikirimkan untuk menopang perekonomian kami.
Kami juga dibantu Paman ku yang merupakan adik kandung dari Mama ku. Dan juga Acik kedua ku, yang merupakan adik kandung dari Papa. Namun tidaklah cukup untuk menghidupi keluarga sebesar itu. Kakak pertama ( 1983 ), Kakak kedua ( 1984 ), Kakak ketiga ( 1985 ), Abang ( 1988 ), Ang Ban Hok ( 1990 ), Adik pertama ( 1992 ), Adik kedua ( 1994 ), dan Meme ( 1997 ).
Pada usia ku sekitar 7 tahun, saat Meme ku yang paling kecil lahir. Beberapa waktu Acik kedua kami ada datang ke Bagan Siapi-Api dan melihat kondisi Papa yang sakit-sakitan dan gak bisa kerja. Acik kedua memberikan uang untuk Papa agar pergi ke Jakarta agar bisa di rawat. Papa mengambil uangnya. Lalu memberikan pada Mama sebagian. Sebagiannya dipakai untuk beli tiket bus 2 orang. Papa ingin mengajak aku ke Jakarta. Tapi saya menolak karena tidak mau meninggalkan Mama di Bagan Siapi-Api, Riau kota kelahiran ku. Akhirnya Papa membawa kakak laki-laki ku ( Abang ) ke Jakarta. Beberapa waktu Papa ke Jakarta, aku tidak tau kabarnya. Saat ini aku sudah kelas 1 SD ( Sekolah Dasar ).
Aku termasuk anak yang beruntung bisa mendapatkan pendidikan TK ( Taman Kanak-Kanak ). Setelah tamat dari TK Bintang Laut, aku di daftarkan ke SD Methodist Bagan Siapi-Api oleh Mama ku. Jika hari libur, Mama membawa ku keluar cari pekerjaan. Karena kondisi ekonomi kami, Mama harus ikut bekerja. Di usia ku yang baru 7 tahun, aku dibawa Mama pergi mencari kerja. Mama membonceng ku memakai sepeda dayung, Mama mengambil pekerjaan part time atau paruh waktu membersihkan rumah orang. Aku ikut saja melihatin, kadang membantu. Aku melihat sendiri Mama susah payah mengepel rumah orang. Hati ku pun tergerak untuk membantu. Akhirnya pekerjaan selesai setelah siang.
Aku masih ingat, setelah selesai membersihkan rumah orang. Mama mendapat bayaran dan kami pun pamitan pulang. Karena hari sudah siang dan kami belum makan siang. Mama membawa aku pergi makan dengan hasil pekerjaan hari ini. Setelah itu kami baru pulang membawa sisa uang hasil pekerjaan hari itu ke rumah untuk dibelanjakan kebutuhan rumah tangga kami.
Beberapa waktu berlalu... Mama mengatakan pada ku aku harus mulai bekerja. Dan aku pun setuju. Akhirnya Mama membawa ku pergi ke tukang jualan mie pangsit ( bak mie ) di kota ku. Dan aku mulai bekerja untuk tauke pertama ku. Perjanjiannya satu bulan aku dapat tiga puluh ribu rupiah ( Rp 30.000,- ) . Tiap hari Sabtu aku dapat bonus lima ribu rupiah ( Rp 5.000,- ). Saat ini aku masih sangat polos dan belum tau banyak hal. Pekerjaan ku lamban, dan aku sering diomelin tauke ku. Karena tauke membandingkan pekerjaan ku dengan senior ku yang sudah bekerja lebih lama. Usia senior ku sudah duduk di kelas 3 SD. Sedangkan aku masih di bangku kelas 1 SD. Aku selalu jadi bingung kalau sudah dimarahin. Aku jadi tidak bisa melakukan apapun. Apapun yang ku lakukan serasa salah.
Tapi aku paling senang saat pertama kali aku memperoleh uang lima ribu rupiah di sabtu pertama. Setelah pulang kerja, uangnya aku kasih ke Mama untuk beli 2 kg beras di zaman ku. Aku sangat senang bisa bantu keluarga. Hari pun berganti hari dan bulan pun berganti bulan. Akhirnya aku mendapatkan gaji bulanan pertama ku. Itu pertama kalinya aku mendapat gaji tiga puluh ribu. Aku senang bangat. Kali ini, uang sebesar itu. Tidak diberikan langsung kepada ku. Tapi ke Mama ku. Aku protes saat pulang ke rumah. Bahwa itu hasil kerja ku. Jadi aku ingin memakai beberapa dari hasil pekerjaan ku. Karena kebutuhan keluarga, akhirnya aku tidak mendapatkan apapun. Aku menangis sampai malam. Dan akhirnya tertidur...
Namun kini aku bersyukur, karena TUHAN begitu baik. Mengizinkan ku dewasa dan mandiri lebih cepat. ( Minggu, 9 Juli 2017 05:07 Pagi ).
Kelanjutannya akan ku tulis...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar